Rabu, 29 Desember 2010

pernikahan


Karena Bapak dan Ibu saling mencintaiku, sejarahku tercipta.
pernikahan bagi bapak dan ibu sangatlah luar biasa.....
membesarkan ketiga putrinya dengan kasih sayang.
Keberanian melahirkan kami dan membesarkan kami adalah anugrah hidup bagi kita.

aku bahagia menjadi bagian terpenting bagi hidup Bapak dan Ibu seperti mereka bagian penting dalam hidupku.....

kini kubuka lembar foto yang terpapang sejarah hidup orangtuaku.....dimulai dengan perkawinan mereka hingga kini Tuhan memanggil mereka bersatu.

Pernikahan indah dan penuh cinta. Kalau itu terulang padaku.....biarkan aku memiliki cinta seteguh dan sekuat mereka.....di Hatiku slalu ada cinta yang bakal kupersembahkan buat Tuhan.....melalui Dia yang tercipta untukku


Perkawinan Bapak dan Ibu, Gereja St.Antonius KotaBaru: Yogyakarta 20 Mei 1972

Kamis, 25 November 2010

HaLLo CibuBUr, CIkeaS !!

L H Kekek Apriana

Sejak mulai dikembangkan sebagai kawasan perumahan yang sebagai besar dipersembahkan untuk masyarakat menengah dan menengah keatas, wilayah ini mengalami dinamika perubahan yang luar biasa. Wilayah Timur Jakarta ini disulap menjadi tempat penyesuai penduduk lokal pada sistim ekonomi yang masuk dan masyarakat pendatang pada pilihan interaksi sosial serta pematangan infrastruktur 4 wilayah administrasi pemerintahan (Bogor, Depok, Jakarta Timur dan Bekasi).
Tahap-tahap perkembangan sebuah wilayah modern’pun sudah lama terlihat dengan adanya mall di jalan utama, kemudian perkantoran, rumah sakit dengan fasilitas lengkap, pusat kecantikan, anekaria bank, lapangan golf, dan tempat-tempat kuliner dari eropa sampai dengan suguhan makanan khas Kulon progro, dimana Bapak saya dilahirkan, mie kulon progo.
Perhatian utama tulisan ini sebenarnya pada beberapa titik utama atau “hot spot” atau lokalisasi (harus berhati-hati penyebutan istilah ini) yang sudah ada terlebih dahulu, jauh sebelum wilayah Cibubur-Cikeas benar-benar berkembang. Dari pengamatan jalan-jalan saya setiap sabtu pagi dan malam, terdapat lima titik utama (saya memilih nama ini sebagai pengganti nama lokalisasi ) dari sepanjang wilayah exit Cibubur, Cimanggis, Cikeas hingga paling sudut Cilengsi. Lima titik utama yang tersebar ini ada dekat dibalik benteng pemukiman masyarakat pendatang. Ada di empat wilayah administrasi yang tidak jelas batas pertanggungjawabannya atas kualitas penghuni titik utama. tidak terjangkau oleh akses layanan kesehatan untuk mereka, tidak terjangkau program pendidikan masyarakat, dan tidak ada informasi dan penyadaran HIV AIDS kepada mereka. Bagai sebuah kotak yang suatu hari nanti akan meledak ketika intervensi moral, sosial hingga politik memaksa kotak ini mengakui sebagai sumber penyakit sosial masyarakat. Kembali dihadapkan pada sebuah stigma moral yang tidak berpihak kepada mereka.
“ Saya disini sudah lama, sudah lebih dari 16 tahun. Sebelum rumah-rumah itu ada. Ini tempat sudah sembunyi, supaya tidak diusir. Tapi rumah-rumah itu yang malah mendekat, kami jadi lama-lama kelihatan”. Kira-kira begitu curhat seorang bapak penjaga warung remang-remang dengan logo minuman bir ketika saya coba bertanya sejak kapan titik utama ini ada. Lima titik ini terdapat di balik benteng perumahan real estate yang tersebar sepanjang jalan utama transyogi dan sekitarnya. Tidak ada intervensi kesehatan masyarakat yang harusnya ada untuk mereka membuat saya berfikir bahwa keberadaan mereka belum ada yang sungguh-sungguh memperhatikan. Memperhatikan dan mengangkatnya sebagai program intervensi peningkatan kualitas kesehatan dan sosial masyarakat.
Kalau ditanya, sebenarnya siapa yang harus bertanggungjawab. Jawabnya singkat pemerintah setempat. Pemerintah daerah dari tingkat kelurahan sampai dengan kotamadya. Tapi pemerintah yang mana, karena belum rapinya batas pertanggungjawaban komunikasi wilayah disini. Terpapang jelas batas wilayah tetapi tidak jelas batas pemerintah mana yang harus bertanggungjawab.
Pengorganisasian batas pertanggungjawaban program sebagai milik pemerintah sangat erat hubungannya dengan kualitas kinerja program intervensi HIV AIDS. Data wilayah dan geografis, berapa jumlah pekerja seks disetiap titik utama, gambaran umum pekerja seks, dan analisis sosial dapat dilakukan sebagai bahan acuan intervensi program HIV AIDS di wilayah Cibubur dan Cikeas.
Dari observasi singkat dan diskusi saya dengan beberapa orang yang cukup ramah, saya mendapatkan data bahwa sekitar 200 sampai dengan 400 perkiraan jumlah pekerja seks di masing-masing titik utama. Mereka berusia dari 16 tahun hingga 32 tahun. Sumber ini tentu bisa diklarifikasi kembali jika kita memang berencana melakukan intervensi program HIV AIDS yang sinergis di wilayah yang tidak jauh dari kediaman Presiden Republik Indonesia. Seandainya bisa, ”Hallo Bapak Presiden, dapatkan anda memberikan usul tentang intervensi program HIV AIDS untuk pekerja seks diwilayah yang dekat dengan kediaman anda? Intervensi yang berpihak pada kesehatan pekerja seks tentunya pak...”
Apabila semua tahapan intervensi program HIV AIDS akan dilaksanakan di wilayah ini, outreach adalah garda utama program. Menjangkau mereka akan penyadaran HIV AIDS, penggunaan kondom 100% yang sudah disepakati dari tingkat pengguna hingga komitmen infrastruktur di wilayah, serta jejaring layanan kesehatan hingga pemberdayaan sosial. Dari contoh-contoh kegiatan tersebut saya tidak mendapatkan program ini menjadi milik pemerintah. Tidak ada program untuk mereka selain pengentasan yang semuanya bersifat sementara. Garukkan atau Razia, suatu program turun temurun yang basi. Sebagai anak bangsa yang baik saya tetap menghargai usaha pemerintah hanya belum sepenuh pengentasan yang diperlukan. Usaha-usaha dialog program penjangkuan pekerja seks yang selama ini dilakukan oleh LSM, pemuka masyarakat dan pemerintah memang merupakan tanda-tanda yang baik bagi perubahan perspektif pemerintah melihat persoalan warga yang bekerja sebagai pekerja seks. Tapi usaha ini seringkali tidak diimbangi kesadaran pelindung rahasia sesungguhnya yang tidak pernah menampakkan diri sebagai penguasa lokasi untuk berani terlibat memikirkan program intervensi kesehatan wilayah titik utama. Barangkali jika semua pengambil kebijakan bisa berunding untuk kepentingan pekerja seks khususnya dan kepentingan masyarakat luas secara seimbang, program intervensi kepada pekerja seks jauh lebih bijaksana. Sekarang ini terlihat semakin mengurita padahal banyak orang cerdas berdiri dan menyadari situasi ini. Bisa dikatakan berdirinya sebuah titik utama dekat dengan lalu lintas barang dagangan (makanan, minuman, kondom, rokok), perdagangan seks dan pusat dari semua adalah uang. Banyak profesi terlibat disini dari tukang ojek, buruh cucian, calo, pedagang makanan dan minuman, hingga pelindung rahasia yang tidak berani menampakkan diri tersebut hidup dari dunia ini.Kemudian profesi yang vertikal dengan titik utama ini, seperti saya sebagai buruh program, pekerja lapangan atau outreach, koordinator program HIV AIDS nasional, para penyandang dana, media massa, anggota DPR dan semua terkait rasanya sudah bukan jamannya lagi malu-malu mengakui bahwa tanpa dunia pekerja seks kita mungkin tidak berarti.
Pekerja Seks, Jasa yang Tidak Diakui
Pertemuan besar, pertemuan penting, pertemuan koordinasi, pembahasan peraturan, penelitian berbagai pihak dan berbagai proses pendidikan di negara saya tercinta mengajarkan kepada saya bahwa sektor pekerja seks sebenarnya tidak hanya melibatkan seorang pekerja seks saja. Tetapi banyak faktor dan dimensi yang harusnya dijadikan dasar tidak hanya dilihat dari sisi moral. Tentu moral sangat luar biasa hebatnya terkait dengan keselamatan kehidupan (saya sadar betapa berharganya pesan moral itu) namun seringkali tidak seimbang dengan sisi ekonomi, politik, sosial, hukum dan kebutuhan manusia. Bagaikan sebuah bom, issue ini bisa meledak kemudian dijinakkan, lalu damai sebentar, kemudian akan meledak kembali ditempat yang sama atau lainnya lalu dijinakkan, kemudian meledak lagi ditempat lain dan begitu saja.
Ketertarikan pada issue pekerja seks di wilayah Cibubur-Cikeas ini karena saya melihat keberadaan mereka seolah dianggap tidak ada padahal jumlah perempuan muda yang menjadi pekerja seks tidak sedikit, sementara proses pendidikan untuk melindungi tubuhnya, menjaga tubuhnya, dan meningkatkan kualitas hidupnya bagai mimpi saja. Mereka dihadapkan pada ketidakmampuan merdeka atas tekanan lalu lintas perdagangan dan keterpurukan infrastruktur yang harusnya berpihak kepada mereka. Cibubur-Cikeas, adalah kawasan modern dengan penduduk pendatang yang secara ekonomi, sosial, pendidikan, dan politik memiliki semua itu harus bisa memiliki kehidupan harmoni dengan kehidupan sosial lainnya yang jauh sebelumnya sudah ada, termasuk titik utama. Sekarang ini harus diakui betapa hebatnya Cibubur-Cikeas, pertama karena wilayah ini semakin menampilkan diri sebagai pusat pemukiman penting karena banyak tokoh negara tinggal dikawasan ini dan bahkan keputusan negara lahir dari diaolog di wilayah ini. Kedua secara sosiologis adanya ketidakseimbangan pendidikan antara penduduk lokal dan pendatang yang menambah corak pluralitas penduduk satu wilayah baru. Jadi ini adalah bentuk pelapisan sosial ekonomi yang semakin kompleks. Tetapi harus diakui, bahwa peran pekerja seks dalam meningkatkan ekonomi penduduk sekitar sudah terlihat dengan ramainya aktivitas ataupun profesi lain yang mengambil untung dari situasi ini.
Saya sebagai warga pendatang di kawasan ini selama tiga tahun sekaligus buruh dalam progam HIV AIDS memperkirakan bahwa titik utama pekerja seks di wilayah ini akan menjadi tantangan yang signifikan bagi masyarakat diwilayah ini dan pemerintah khususnya. Jumlah populasi pekerja seks yang tidak sedikit, jumlah laki-laki pengguna pekerja seks dan minimnya investasi yang meyuburkan titik utama ini. Tidak ada aturan tegas untuk laki-laki agar menggunakan kondom setiap kali membeli seks.
Pemerintahan di wilayah ini bukan hanya satu melainkan empat wilayah pemerintahan. Sebut saja Kotamadya Jakarta Timur, Kotamadya Depok, Kabupaten Bogor dan Kotamadya Bekasi. Terlintas dalam pikiran saya, ada penghargaan Adipura bagi pemerintahan yang berhasil mengelola infrastruktur terkait dengan struktural intervensi bagi penanganan program kesehatan, sosial, pendidikan dan ekonomi di titik utama komunitas pekerja seks.